Pindah Rumah
Karena terpikat bujuk rayu perumahan lain, dengan ini saya menyatakan bahwa saya telah pindah rumah ke tumblr.
Selamat Hari Jadi
Ya, tanggal 23 November kemarin adalah hari jadi blog kacamatapecah. Alhamdulillah blog ini bisa bertahan sampai 2 tahun, ya walaupun pernah mengalami masa vakum beberapa waktu. Setelah saya baca semua postingan yang saya baca, ternyata hampir semua tulisan saya kurang berkualitas, baik dari isi maupun penyusunan kata-katanya. Ya, harap maklum saja, soalnya saya masih belajar. Semoga kedepannya saya bisa membuat tulisan yang lebih berkualitas.
Dalam kesempatan ini, saya juga mengucapkan terima kasih kepada anda yang telah (dan mau) membaca tulisan saya. Saya juga mohon maaf jika dalam tulisan-tulisan saya ada hal-hal yang kurang berkenan. Mohon dimaafkan.
Selamat Hari Jadi, kacamatapecah. Semoga bisa terus meramaikan jagad blogger Indonesia dan bisa melahirkan tulisan yang berkualitas.
Seorang Nenek Dipenjara Hanya Karena Mengambil 3 Biji Kakao
Banyumas – Tv One. Berbeda dengan nasib para koruptor yang selalu kebal hukum, gara-gara mengambil tiga biji kakao di kawasan perkebunan, Minah (55) seorang nenek renta di Banyumas, Jawa Tengah, harus menjalani sidang di Pengadilan Negeri Purwokerto. Meski terancam hukuman 6 bulan penjara, sang nenek hanya bisa pasrah, pasalnya selain tidak paham hukum, sang nenek tidak memiliki biaya untuk meminta bantuan pengacara.
Menurut Minah, saat bekerja di perkebunan milik PT Astra, Minah mendapati tiga biji kakao yang terjatuh, Minah kemudian mengambil ketiga biji tersebut untuk dibudidayakan. Namun tindakan Minah diketahui oleh mandor perkebunan dan dilaporkan ke polisi.
Sejak kasusnya dilimpahkan ke kejaksaan, Minah ditetapkan sebagai tahanan rumah selama lebih dari satu bulan. MInah telah sekali menjalani sidang di Pengadilan Negeri Purwokerto dengan materi dakwaan jaksa penuntut umum.
Warga berharap agar Minah dibebaskan. Pasalnya, selain jumlah biji yang diambil tidak seberapa, lokasi perkebunan yang luasnya sekitar 200 hektar berada di sekitar pemukiman warga. warga juga prihatin dengan Minah sebab jangankan untuk membayar pengacara, untuk berangkat ke pengadilan menghadiri sidang saja Minah tidak memiliki uang.
Membaca berita tersebut saya sangat iba dan kasihan kepada nenek itu. Padahal, saya baca dari sumber lain, Nenek itu sudah mengembalikan biji kakao dan meminta maaf. Apakah pemilik perkebunan tidak memiliki belas kasihan? Masa sampai tega menyeret nenek-nenek ke penjara. Sungguh ironis, nenek itu hanya mengabil 3 biji kakao yang terjatuh tapi langsung diseret ke pengadilan. Tapi koruptor-koruptor di luar sana mlah asyik menggondol uang negara demi memperkaya diri dan tidak ada yang menghalangi aksinya. Inilah potret hukum di Indonesia. Dimana seseorang bisa kebal hukum hanya dengan membayar sejumlah uang.
Quotes from Bride Wars
Why can’t we run with iPod?
We can’t run with iPod because iPods are for people who can’t be alone with their own thoughts.
Tentang Alay Lagi
Heboh. Siswa SMA Negeri 3 Bandung dihebohkan dengan berita mengenai Ophi A Bubu yang dimuat di The Jakarta Post. Mungkin banyak yang belum mengenal Ophi, namun di sekolah saya nama Ophi tidak asing di telinga.
The Jakarta Post mengangkat berita mengenai fenomena alay di kalangan remaja. Menurut artikel yang dimuat di sana, kata alay dapat bermakna norak atau kampungan. Alay biasanya digunakan untuk mendeskripsikan dan atau mencela orang-orang yang berpakaian norak, musik yang mereka senangi (biasanya mereka menyukai Band beraliran musik pop-melayu seperti ST 12, Wali, atau Kangen Band), dan juga cara penulisan mereka yang mereka buat sedemikian rupa sehingga mereka pikir apa yang mereka tulis terdengar lebih lucu atau imut.
Nah, Ophi A Bubu menjadi sorotan dalam pembicaraan ini.
Ya, mari bersinggungan lagi dengan masalah alay. Jujur, saya akui kalau saya juga dulu pernah alay. Beruntung lingkungan sekolah saya kini dapat membuat saya kembali menjadi tidak alay lagi. Saya mengerti bagaimana perasaan Ophi bila membaca pemberitaan tersebut. Pasti sakit hati, dan mungkin nagis darah (lebay). Sekarang saya jadi lebih bersimpati terhadap Ophi. Bagaimanapun juga, Ophi itu hanya pelajar SMA biasa, sama seperti saya dan kalian. Bolehlah Ophi dan orang-orang yang memiliki ciri alay itu kita anggap aneh. Tapi jangan sampai kita mencela dan memojokkan mereka karena bukan mereka yang salah, tapi sifat alay itulah yang salah.
Melalui tulisan ini juga saya ingin meminta maaf kepada para pembaca bila dalam setiap tulisan saya terdapat hal-hal yang kurang berkenan di hati pembaca sekalian. Mohon maaf.
Komentar Terbaru